Hari ini, aku membaca sebuah buku self improvement berjudul BEYOND BOUNDARIES dari Farah AS. Menetapkan batasan sehat dalam hidup.
Membuka lembar awal, aku dibuat mengangguk. Iya, ya. Wah, iya. Bener banget lagi. Wah. Dan menangis. Tidak lupa, menangis. Padahal buku self improvement tapi kok bikin nangis?
Karena kalimat-kalimat magisnya memang aku rasakan. Aku mengiyakan karena itu yang aku alami. Semua hal dalam buku ini. Aku tidak pernah menerapkan batasan. Aku tidak bisa mengatakan 'tidak' meski hati kecilku sebenarnya malas dan menolak. Aku berusaha menyenangkan semua orang meski aku merasa tidak nyaman dengannya. Aku membiarkan batasan dalam diriku lenyap. Dan yang tersisa hanya luka, stres, perasaan tak bernama, sakit, sedih. Aku tidak pernah menemukan apa maunya diri sendiri. Aku selalu bertanya kenapa aku bisa begini, begitu. Kenapa aku selalu kelelahan?
Aku tidak pernah punya batasan. Dan untuk itu komunikasi menjadi hal utama. Berani mengutarakan, berani berinteraksi dan membicarakan. Sayangnya, aku belum punya kemampuan itu. Aku lebih banyak diam, memendam. Aku takut. Aku takut jika bicaraku menyakiti, aku takut penolakan, aku takut dihakimi.
Benar sekali. Aku menangis saat membaca isinya yang magis. Iya, aku memerlukan semua ini. Semua yang ada dalam isi buku ini.
Aku menangis sekali lagi. Dan lagi. Dan lagi. Aku merenung. Menghela napas panjang. Dan menangis.
Batasan. Aku harus mulai menetapkan batasan. Karena aku tidak mau seperti ini selamanya. Ada belenggu yang harus kulepaskan. Dan semua itu harus ada batasan. Benar.
Buku ini sangat bermanfaat. Terutama jika kamu sulit untuk menolak hal-hal yang sebenarnya tidak kamu inginkan. Batasan pada diri tidaklah egois, itu adalah bentu menghargai diri, mencintai diri. Hidup yang sudah terluka, hidup yang penuh tekanan, mau sampai kapan kamu akan bertahan di dalamnya dengan kecemasan dan tanpa perubahan?