Kamis, 11 April 2019

Mbah, Bacalah dengan Tabah!

Melihat orang-orang yang seusiamu, sedikit mengobati rasa rinduku yang di saat kau masih ada tidak pernah kukatakan sayang atau hal-hal manis lainnya.
Baru setelah kepergianmu, aku merasa bodoh. Sangat bodoh! Tahun-tahun saat bersamamu tak pernah kumanfaatkan dengan baik. Justru setelah kau tiada, aku ingin kembali berbalik pada waktu lampau, merencanakan hal-hal yang ingin kuabdikan padamu.
Lihat, Mbah! Di sekelilingku kini, banyak orang-orang seusiamu yang tidak lelah mengobati keluhan-keluhan pada tubuhnya. Pusing, meriang, keringat dingin, linu, seluruh badan terasa sakit. Ya, keluhan-keluhan yang wajar dirasakan pada seusiamu.
Mirisnya, Mbah! Sebagian dari mereka datang seorang diri. Tidak ada siapa pun di samping mereka. Diam, menunggu antrian, merasakan sakit, yang apabila waktu mereka tiba diperiksa, senyum masih bisa disunggingkan di bibir mereka.  Bayangmu muncul lagi. Bagiku, mereka menjelma jadi kau. Sosok yang ingin kurawat juga. Yang jika aku jadi anak atau cucu salah satu di antara mereka, akan kutemani dan mendengar keluh kesahnya.
Sebagian lain diantar sanak saudara, dan membuatku iri karena kepedulian yang tulus terbaca dari raut wajah mereka.
Mbah, di tempatmu yang entah di mana sekarang, yang kuharap senantiasa terjaga dalam kedamaian, terima kasih telah mengajarkan sesal dan rindu di waktu bersamaan. Bukankah selain doa, yang bisa kulakukan sekarang hanyalah berubah menjadi pribadi yang lebih peduli? Ya, aku ingin dan akan melakukannya.

Magetan, Juli 2019

Tidak ada komentar: