Percayalah, dadanya bukan baja yang tahan ditempa luka berkali-kali dan begitu lama.
Percayalah, matanya pun kerap kali tak mampu berteduh dari deras hujan yang jatuh tanpa kenal musim.
Percayalah, bibirnya yang kerap menyimpulkan senyum itu, kadangkala hanyalah topeng. Ia sedang mengurung sedihnya.
Percayakah?
Percayakah kau sekarang?
Tidak....
Rasanya tidak....
Hatimu tak sepeka itu. Matamu tak setajam itu untuk melihat dirinya.
Kau hanya menikmatinya sebagai lukisan, kau mengaguminya seperti lagu-lagu yang kau dengarkan saat kau sedang bosan. Tanpa sadar, kau selalu memintanya bergeming dan berpura-pura ia sedang baik-baik aja.
Hatimu tak selembut itu. Matamu tak seteduh itu untuk memayungi rindunya.
Kau hanya memintanya mengerti dan selalu mengerti betapa berlikunya jalan pikiranmu. Kau menyandingnya untuk turut serta menyurusi jalan itu sampai ia tersesat dan sulit terlepas dari genggamanmu, sulit berkelit dari pelukmu, sulit menemukan ujung dari rumitnya pikiranmu.
Kharisma
Magetan, Agustus 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar