Kamis, 24 Juni 2021

Imitasi


Dan lihatlah, meski itu tak sungguhan
meski itu hanya bunga mainan
tapi tampak indah, sungguh sempurna dalam bermain peran

Seperti halnya kau!

Kau yang pandai bersandiwara
menjadi yang bukan dirimu di hadapan semua orang. Kau terus saja melakukannya. Meski sebenarnya, hatimu cukup lelah.

Kau memang ahli dalam berpura-pura.
Canda tawa itu
Senyum itu
Semua kesedihan telah kau balut sempurna 
dan tak seorangpun mengetahuinya
bahkan tak juga bertanya apakah kau baik-baik saja

Tapi mata itu,
mata yang kelam dan gelap
yang selalu basah 
yang selalu kau seka sendiri 
yang selalu berusaha kau tenangkan dengan doa
tak pernah bisa berdusta
ada perih, luka menganga di sana
kau terus saja memeramnya
kau terus menyimpannya


Sekali saja,
kau ingin menjadi dirimu sendiri
apa adanya dan tak berpura-pura
tapi sungguh, mungkin semesta tak akan sanggup
melihatmu yang payah dan rapuh itu

Maka, teruslah berpura-pura
lanjutkan sandiwara itu
sampai kau akhirnya benar-benar bisa mengobati luka dan mengubur sedihmu

Jejak yang Terhenti Sejenak


Langkah
ke mana akan Kau tuntun 
ke situ pula aku menuju

Tidak ada kata menyerah
meski ingin mengatakan lelah

Baiklah, aku katakan sekarang
Tuhan, aku sangat lelah
aku lelah
lelah

Tiga kali aku berkata lelah
tidakkah cukup menggambarkan bagaimana kecamuk ini mendera
setiap hari, setiap waktu, setiap sepi
bahkan di keramaian pun aku merasa sendiri
dan yang kutemukan adalah diriku sendiri
memeluk kecemasan
bertakut pada harapan
sungguh Tuhan, aku begitu lelah

Berapa kali aku berpikir ingin menemui-Mu
lewat cara-cara kotor dalam anganku
Tapi aku terlalu takut
aku takut...

Apakah aku menikmati kesendirian ini?
Mungkin
Bisa jadi
atau ya, aku menikmatinya.

Mereka mencoba datang menghibur,
mereka merangsek masuk dalam hatiku
tapi tak perlu menunggu lama, aku pergi dengan caraku

Aku memilih jalanku.
Sendiri.
Melangkah hanya dengan kedua kakiku.

Apa yang aku cari?
Aku tidak tahu....
Ketenangan tak punya tempat sekarang
Sepiku tak menemukan rumah
Aku kehilangan arah



Kunjung




Berkunjung
tapi tak bertemu
hanya menitip rindu
dan sekuntum mawar yang kubawakan
untukmu, yang mendamba kehangatan

Katamu, mawar itu hangat
seperti kasih yang kau berikan
tak akan pernah lekang

Meski dalam beberapa hari lagi
mawar itu pasti layu
tapi tidak dengan rindu
ia bertahan bahkan lebih dari yang kuperkirakan


Aku pun tak menyangka, selama ini
sejauh ini, bisa bertahan dengan rindu
sendirian....
Bukankah aku hebat?


Tidak ada orang yang pernah bertanya, bagaimana keadaan hatiku
bagaimana kecemasanku
bagaimana caraku menjalani hari-hari dengan topeng ini
Tidak ada yang pernah bertanya
Mereka senantiasa menganggapku baik-baik saja.


Kamis, 10 Juni 2021

Istirah

Suatu hari, ia tak merasakan apa-apa. Kecemasan, kesedihan, kebahagiaan apalagi --sama sekali tidak, kosong, hampa. 

Suatu hari, tangisnya tak terdengar, meski doa-doanya masih nyaring disuarakan --lewat hati. 

Suatu hari, laranya semakin bersembunyi di balik kepura-puraan yang terus ia jalani --entah sampai kapan, ia sendiri tak mengerti. 

Suatu hari, ia tidak merasakan apa-apa. Nol. Sempurna menjadi rasa tak bernama. Inikah ketenangan? Atau barangkali bisa disebut sebagai jeda? Jeda karena begitu lelah, jadi ia butuh waktu untuk mengistirahkan sejenak. 

Tuhan... 
Berikan perasaannya nama. 
Agar ia tahu ke mana harus melangkah selanjutnya. 

Rabu, 02 Juni 2021

Tentang Rindu

Jika bibirku berkata rindu tapi tak cukup bagimu, maka lewat perantara doa kulangitkan perasaanku.

Perasaanku terdalam, hanya Tuhan yang tahu. Ia menyelami hatiku, menumbuhkan rasa ini kian subur. Semakin hari, tidak berkurang, selalu sama, bahkan di suatu waktu tertentu seperti dilebihkan. Tahukah pada waktu apa? Ya, ketika aku sudah merasa lelah dan ingin menyerah. Perasaan itu seolah bergejolak, menolak untuk berhenti, hingga akhirnya aku menyerah dan mengikuti alur perasaanku yang menuntut untuk tetap merindukanmu.

Aku tahu, orang-orang akan menganggapku tidak tahu diri, atau bahkan bodoh karena aku tetap bertahan di sini, tapi aku berdiri dengan kedua kakiku sendiri, menopang bahuku sendiri, jadi untuk apa mendengarkan anggapan mereka yang tidak bisa merasakan menjadi aku?

Maka aku memilih diam. Memilin rindu dalam keheningan. Biar dadaku yang bergetar, biar tengadah tanganku yang jadi saksi berapa kali namamu kusebut dalam sehari.

Maka aku memilih diam. Biar mereka berpikir aku baik-baik saja. Sebab perasaanku, mereka tak dapat merasa. 

Maka aku memilih diam. Tapi gaung doa jauh lebih keras dari isakku. 

Kepada Tuhan, aku pasrahkan segala harap.
Kepada Tuhan, aku tidak akan banyak meminta selain meletakkan rasa rindu ini pada tempatnya. Ialah padamu saja. 

About Last Night

Tidak ada yang bisa disembunyikan dari raut wajah
Mata sengaja dikelamkan
Seakan enggan menatap
Bibir bergeming
Dibisukan keadaan

Tak ada yang bisa disembunyikan dari gerak tubuh
Mematung
Hening

Tak ada yang bisa disembunyikan dari perasaan
Kecewa

Selasa, 01 Juni 2021

K.A.U

Kau, adalah patah hati terbesarku.
Yang membuatku tak berhenti menangis. 
Yang membuatku selalu merasa kesepian.

Kau, adalah patah hati terbesarku.
Dengan itu aku tak lelah merayu Tuhan.
Dengan itu selalu kuusahakan dalam doa-doa panjang.

Aku yakin, Tuhan Maha Mendengar. Tuhan Maha Mendengar. Segalanya akan Ia berikan jalan. Segala akan baik-baik saja, meski entah kapan....