Ketika kau memutuskan pergi, sedetikpun aku tak menyerah lantas memilih ikut bergegas. Tidak. Hatiku masih berkekasih denganmu, meski kau sudah lain. Doaku masih ada namamu, meski kau tidak mengamini.
Ketika kau memutuskan pergi, mataku tak hentinya bicara sepanjang malam, sepanjang siang, sepanjang pagi, sepanjang sepi. Ia terus bicara tanpa suara, menyesalkanmu yang tak lagi cinta.
Tidak, tidak! Mataku menyesalkan 'aku'
Aku yang telah menyia-nyiakanmu. Lebih kurangku kini tak lagi ada yang mendekap. Tak lagi salam dan sapa hangat. Nyatanya, hal itulah yang kini teramat kurindukan. Teramat sangat ingin kurasakan.
Aku sudah tidak menginginkan apapun lagi, selain dirimu. Bahkan nyawaku sendiri, aku tidak lagi peduli.
Bodoh memang. Hanya karena perasaan, aku bisa segila ini.
Baca ya, semoga kau bisa merasakan, sehancur apa aku sekarang.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar