Hai...
Ah, basi! Sapaan yang terlalu basi.
Tapi, mau bagaimana lagi, kita berseberangan jauh. Kau diam di sana dan aku menyendiri di sini dengan berbagai pikiran yang asing.
Setiap hari, aku mengirimimu kabar, meski hampa yang kudapatkan. Aku tak pernah tahu bagaimana kabarmu, aku tak tahu apa yang sedang kau lakukan, bagaimana kau menjalani harimu, suasana hatimu, segala hal yang ingin kuketahui tentangmu tak kunjung kudapatkan.
Setiap hari, aku menyebut namamu dalam hati setiap kali hendak makan, hendak pergi tidur dan melakukan kegiatan lain. Hanya agar terasa dekat, seperti dulu, ketika aku selalu meminta izin padamu.
Aku ingin sekali bercerita tentang banyak hal yang kualami. Bagaimana aku menjalani hari-hariku, suasana hatiku, keadaanku, aku ingin berbagi denganmu. Setidaknya, aku punya rumah untuk merebahkan lelah. Meski kini, aku hanya bertamu di beranda, sementara di dalam kau mengunci diri --entah sedang berbuat apa.
Bayangkan aku datang setiap hari ke rumahmu. Mengetuk pintu dan bercerita meski kau tak pernah bertanya. Kau tak membukanya, kau dengar atau tidak, aku tiada peduli. Yang kutahu, aku datang setiap saat, mengetuk pintu dan memberimu kabarku. Lalu... Setelah dirasa cukup, aku pergi dengan kehampaan dan kesunyian yang sama. Di halaman, aku menengok sebentar, berharap pintu itu terbuka, tapi mataku harus basah karena tak sedikit juga kudengar derit pintu bergerak.
Aku melangkah pergi.
Untuk kemudian kembali lagi.
Mengetuk pintumu lagi, berkeluh kesah lagi dan lagi. Begitu berulang kali.
Apakah aku lelah?!
Tentu saja. Siapa yang tidak akan lelah. Tapi meski begitu, aku tidak ingin menyerah.
Kau tahu, aku pernah membaca satu kutipan. Begini, Allah akan menghapus perasaan di hatimu, jika seseorang itu tidak ditakdirkan untukmu.
Maka, aku selalu meminta pada Allah. Jika kau memang bukan ditakdirkan untukku, hilanglah perasaan ini. Dan buatlah aku berhenti berjuang serta bertahan menahan rindu sendiri
Namun, jika sebaliknya, jika kau adalah takdirku, maka aku meminta pada Allah untuk dijagakannya hatiku dan hatimu. Dikuatkannya aku bertahan dan bersabar. Diberinya aku harapan, menunggu waktu Ia mengabulkan :)
Sekian dulu suratku malam minggu ini. Jaga dirimu dengan baik, aku yakin kau pasti akan melakukannya. Tapi, aku tetap mengingatkanmu, karena dulu kau sering bandel. Terlalu banyak pikiran dan sedikit makan.
Sehat-sehat ya, salam untuk adik kecilmu yang telah merebut hatiku :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar