Jumat, 19 November 2021

HEAL

Akhirnya, aku tidak lagi takut pada kehilangan. Sebab, tidak ada satupun yang kekal tinggal meski dalam perkataannya berjanji tak akan pernah pergi. Setiap orang akan melangkah menjauh, pergi, hilang. Kita pasti akan ditinggalkan. Tidak ada seorangpun yang selalu berada dalam hidup kita. 
Jadi, sudah kuputuskan, aku tak pernah takut jika harus kehilangan. Sejatinya manusia hidup hanya akan saling meninggalkan, merasakan kehilangan itu adalah kepastian.

Bergantung pada manusia adalah satu hal yang keliru. Dan sejak lama, aku sudah belajar daripadanya. Sejak lama, aku telah diajarkan kehidupan untuk menanggung segalanya sendirian. Sejak lama, aku berteman dengan sebuah kata 'bertahan', lebih dari itu, ia menjelma jadi caraku menjalani hidup. 

Kini, waktu telah sampai pada titik di mana rasaku telah berlalu. Segala cemas, gelisah dan sedih seakan terlipat dalam kotak kenanganku. Memang, ada masa di mana aku menjenguknya. Hanya sekadar memastikan, apakah ingatanku masih begitu baik? 

Yang aku tahu, semua perasaan tidak mengenakkan itu tidak hanya menimpa diriku. Orang lain pun pasti ada yang merasakannya, atau bahkan jauh lebih menyakitkan, atau barangkali kau juga berlarut-larut dalam kesedihan. Semoga tidak ya. Karena, aku selalu ingin kamu bahagia, bahkan jika harus dengan melupakanku, maka aku akan memberimu jalan keluar untuk tidak mengingatku. Kau begitu pandai berlari. Dan aku tidak akan mengejar lagi.

Bukankah ini yang kau mau? Aku akan menurutinya. Aku akan mewujudkannya.

Berlarilah....

Berlarilah....

Berlarilah....

Hingga masa lalu tampak jauh di belakang. Terbengkalai. Dan kemudian samar sampai lenyap dari pandangmu.

Berlarilah....

Berlarilah....

Jangan kau toleh. Jangan kau berhenti. Teruslah berlari, meski aku tetap diam di sini. Di titik, di mana kau meninggalkanku. Aku tetap di sini. Tidak menjauh. Tidak mengejar. Kau yang memutuskan pergi. Kau yang memilih berlalu. Maka kubiarkan kau beserta bayangmu tersapu waktu, hingga debarku berhenti dengan sendirinya.

Jika aku tetap diam. Apakah itu berarti aku masih berharap kau kembali?
Aku diam, karena di sini adalah tempatku. Aku tidak menunggumu kembali. Aku memulihkan diriku dengan tetap berada di sini. Menikmati degup-kejut remuk-redamnya. Merasakan perih dari irisan luka. Memeram duka. Memeluk dinginnya rindu untuk diriku sendiri.
Aku bukan pecundang yang memilih menghindar dan berusaha seolah tak terjadi apa-apa. Aku tetap berada di sini, menjalani apa yang seharusnya kujalani sembari menanti seseorang mengajakku melangkah. 
Saat itulah, aku telah sembuh.

Saat itulah, aku menemukan kembali bagian dari diriku yang sempat hilang. Bagian dari diriku yang amat kurindukan. 

Tidakkah kau demikian?


Tidak ada komentar: