Selasa, 16 Maret 2021

MUSIM YANG BASAH

Bulan kesayangan setelah bulan lahirku adalah Februari. Bukan karena bertepatan dengan adanya perayaan hari kasih sayang, melainkan ritme hujan bulan ini jauh lebih rapat dan rapi. Hujan bisa turun sejak ujung pagi sampai ke pagi berikutnya. Aromanya selalu basah, sejuk dan menenangkan.

Pagi ini sepulang kerja, motorku melaju perlahan padahal jalanan tampak lengang. Beberapa kendaraan melewatiku begitu saja. Ah, biarkan, aku tidak berhasrat untuk menyalip, aku sedang tidak terburu-buru. 

Melihat jalanan yang basah dan beberapa orang berjalan kaki dengan menyangga payung warna-warni, membuatku ingin berlama-lama menikmati musim basah ini. Pemandangan yang asri bukan?

Ya, aku senang sekali pada segala yang basah. Termasuk mataku. Maaf, aku memang sedang dan senang mengagumi mataku yang basah. Ia seperti hidup, berbicara-menyuarakan yang tak bisa dikatakan lewat aksara, karena lebih dari itu, perasaan tak selalu dapat diungkapkan dengan kata-kata.

Magetan, Februari 2021

Sebuah Malam yang Sunyi dan Lama

Ke sekian kalinya, sebuah rencana turun dari tangan-Nya yang kemudian mengusap bahuku.
Ia senantiasa menginginkan ketabahan tumbuh dariku. Ia tak ingin aku menutup mata barang sedetik dari rahasia atas rencana-Nya. Ia tak membiarkan kepalaku terpejam dari pikiran yang terus bermain-main dengan duga sangka.

Ke sekian kalinya, sebuah malam dingin kunikmati di secangkir kopi yang menguap kehangatannya beberapa jam lalu. Selimut angin melingkupi tubuhku yang gemetar. Aku tahu, malam ini akan terasa amat panjang meski waktu tetap akan 24 jam lamanya.

Engkau yang berdebar di dadaku. Engkau yang menanamkan benih ketabahan dan menumbuhkannya. Pada malam sunyi ini, aku ingin Engkau menghadirkan rindu lebih lama, agar aku bisa melampiaskan sepi meski harus berderai air mata.

Kharisma, 2020

Tuhan Begitu Baik

Tuhan begitu baik,
Entah bagaimana jadinya bila aku tak mengingat-Mu. Mungkin aku sudah kehilangan akal sebab semua yang terjadi. Tapi, tidak! Aku masih memiliki-Mu.

Tuhan begitu baik,
Meski telah sekian jauh aku sempat meninggalkan-Mu. Tapi, lagi-lagi kau buka mataku kepada siapa seharusnya aku berharap dan bergantung. Kau tetak hatiku, kepada siapa sebenarnya pantas kuteteskan air mata ini. Tidak lain, hanya kepada-Mu saja.

Tuhan begitu baik,
Bahkan setelah sekian kali, Kau mengingatkanku untuk kembali pada jalan-Mu. Masalah bukan untuk menjadikanku semakin asing dan jauh. Tapi untuk merekatkanku dengan-Mu. 

Tuhan begitu baik,
Syukur tak terkira untuk segala hal yang Kau tetapkan untukku, dan aku tak akan pernah berhenti. 

Tuhan begitu baik,
Segala yang buruk padaku ditutupinya. Tapi aku pendosa mudah sekali melupakan kebaikan-Mu dan terlena dengan perasaan semu. 

Tuhan begitu baik,
Kau berikan obat rasa sakit.

HADIAH PERTEMANAN

Mulanya, kita hanyalah orang asing yang tidak sengaja dipertemukan. 
Bercakap cukup, bertatap biasa, bertemu sesekali, bercanda tawa. Sampai pada suatu waktu kita saling berterus terang, menunjukkan sifat kita yang apa adanya. 
Lalu, kita merasa memiliki kesamaan. Entah kisah, hobi, semacam ketertarikan pada sesuatu hal dan lain-lainnya. Hingga kita merasa cocok, dan melebur batas yang sempat ada. 
Akhirnya kita tahu tentang satu sama lain. Kita menjaga rahasia satu sama lain. 

Setiap hari, perbincangan kita seakan tak pernah berakhir. Dan aku merasa memiliki rumah baru, rumah selain hatiku sendiri. Di sana, di rumah itu, di dalam dirimu, aku telah memutuskan untuk tinggal. Setiap kenangan dari masa lalu, kubagi bersamamu. Begitu sebaliknya. 
Malam-malam kita lalui dengan banyak bercerita. Tangis pun tidak lagi kutahan-tahan, dan kau dengan tabah mendengarkan. Kau menjadi tempatku bergantung saat sedang kesepian. Tak hanya itu, kau pun juga menjadi tempatku meluapkan kebahagiaan. 
Ini bukan hanya tentangmu saja. Tapi juga dia, mereka. Atau bisa kusebut saja kalian semua.
Kalian...Adalah sahabat yang selalu kudekap. Aku tak ingin kehilangan satu pun dari kalian. Bisakah kita selalu utuh saja? Jikalau suatu saat ada perpecahan, bisakah kita bersama-sama merekatkannya?


Tentang kalian....
Terima kasih sudah menciptakan kebersamaan manis.
Terima kasih sudah menjadi cahaya hangat saat cuaca tak bersahabat.
Terima kasih sudah menyuguhkan cerita-cerita yang terasa nikmat seperti menyeduh kopi pagi hari.

Tentang kalian....
Rasanya seperti memiliki rumah baru yang sewaktu-waktu perlu dikunjungi untuk menuntaskan rindu
Aku selalu ingin kembali pada kalian. Memeluk kisah-kisah kita yang teramant memabukkan.

Maaf ya, jika selama ini aku banyak kurangnya. Membuat kalian selalu sibuk memperhatikanku, membuat waktu kalian terbuang karena harus mendengar ocehanku.
Maaf ya, jika selama ini kesalahanku tak terbilang jumlahnya. Membuat kalian kecewa bahkan sampai harus meneteskan air mata.
Maaf ya, jika selama ini aku belum bisa menjadi sahabat yang baik. Emm, kalian menganggapku sahabat bukan? Ah, tentu saja iya!
Sekali lagi, maaf ya, untuk segala ucap dan tindakan yang tidak membuat kalian berkenan.

Terimalah persembahan kata-kata ini, dariku yang selalu menyanyangi kalian semua. Kalian yang tak pernah kuharap berakhir sia-sia.

Selasa, 02 Maret 2021

MAAF!

Kekasih,
barangkali kau tak tahu seberapa besar sesal yang kini menghantuiku setiap detik
tak pernah teralih pikirku darimu, yang menatapku dengan luka
tatapan yang membuatku ingin meremas jantung sendiri karena terlalu bodoh aku dalam bertindah sejauh ini

Kekasih,
aku tahu, kata maaf saja tak akan cukup menebus rasa bersalahku atau bahkan mengobati rasa sakitmu
tidak kan? tidak ada yang bisa mengobatinya, karena telah kutancapkan luka hingga kau enggan lagi menoleh padaku


Kekasih,
aku akan terus berusaha, meski kini hanya maaf yang bisa kuucap 
doa tentangmu tak akan putus
karena dengan meminta pada-Nya, aku seperti punya harapan untuk memulai sesuatu yang baru, seperti mengembalikan rasa percayamu....