Selasa, 16 Maret 2021

HADIAH PERTEMANAN

Mulanya, kita hanyalah orang asing yang tidak sengaja dipertemukan. 
Bercakap cukup, bertatap biasa, bertemu sesekali, bercanda tawa. Sampai pada suatu waktu kita saling berterus terang, menunjukkan sifat kita yang apa adanya. 
Lalu, kita merasa memiliki kesamaan. Entah kisah, hobi, semacam ketertarikan pada sesuatu hal dan lain-lainnya. Hingga kita merasa cocok, dan melebur batas yang sempat ada. 
Akhirnya kita tahu tentang satu sama lain. Kita menjaga rahasia satu sama lain. 

Setiap hari, perbincangan kita seakan tak pernah berakhir. Dan aku merasa memiliki rumah baru, rumah selain hatiku sendiri. Di sana, di rumah itu, di dalam dirimu, aku telah memutuskan untuk tinggal. Setiap kenangan dari masa lalu, kubagi bersamamu. Begitu sebaliknya. 
Malam-malam kita lalui dengan banyak bercerita. Tangis pun tidak lagi kutahan-tahan, dan kau dengan tabah mendengarkan. Kau menjadi tempatku bergantung saat sedang kesepian. Tak hanya itu, kau pun juga menjadi tempatku meluapkan kebahagiaan. 
Ini bukan hanya tentangmu saja. Tapi juga dia, mereka. Atau bisa kusebut saja kalian semua.
Kalian...Adalah sahabat yang selalu kudekap. Aku tak ingin kehilangan satu pun dari kalian. Bisakah kita selalu utuh saja? Jikalau suatu saat ada perpecahan, bisakah kita bersama-sama merekatkannya?


Tentang kalian....
Terima kasih sudah menciptakan kebersamaan manis.
Terima kasih sudah menjadi cahaya hangat saat cuaca tak bersahabat.
Terima kasih sudah menyuguhkan cerita-cerita yang terasa nikmat seperti menyeduh kopi pagi hari.

Tentang kalian....
Rasanya seperti memiliki rumah baru yang sewaktu-waktu perlu dikunjungi untuk menuntaskan rindu
Aku selalu ingin kembali pada kalian. Memeluk kisah-kisah kita yang teramant memabukkan.

Maaf ya, jika selama ini aku banyak kurangnya. Membuat kalian selalu sibuk memperhatikanku, membuat waktu kalian terbuang karena harus mendengar ocehanku.
Maaf ya, jika selama ini kesalahanku tak terbilang jumlahnya. Membuat kalian kecewa bahkan sampai harus meneteskan air mata.
Maaf ya, jika selama ini aku belum bisa menjadi sahabat yang baik. Emm, kalian menganggapku sahabat bukan? Ah, tentu saja iya!
Sekali lagi, maaf ya, untuk segala ucap dan tindakan yang tidak membuat kalian berkenan.

Terimalah persembahan kata-kata ini, dariku yang selalu menyanyangi kalian semua. Kalian yang tak pernah kuharap berakhir sia-sia.

Tidak ada komentar: