Selain pada-Nya, hendak siapa lagi yang akan kuceritakan betapa sedihnya aku hari ini. Terlepas dari seberapa banyak dan kerasnya aku tertawa, jauh dalam hatiku ada jerit di keheningan di mana hanya aku yang bisa mendengar hingga sesak dadaku sampai panas mata menahan gejolak kesedihan.
Aku tidak suka kehilangan! Tidak juga kalian bukan? Kehilangan adalah hal yang sejak awal paling sulit kuterima meski pada akhirnya waktu mengaburkan segalanya dan aku mulai sadar tak ada jalan lain selain ikhlas. Tapi, pada proses mengikhlaskan itulah aku harus berperang dengan diriku sendiri, dengan keadaan dan berusaha menyadarkan diri bahwa yang sebenar-benarnya terjadi adalah rencana Tuhan.
Senja ini, aku tidak ingin menangis. Tapi siapa bakal tahu apa yang akan terjadi di kemudian.... Barang sedetik ke depan saja kita tidak bisa menduga. Dan terjadilah, tangisku tidak lagi bisa ditahan.
Sebagai pengganti ibuku yang telah wafat, aku senantiasa inginkan beliau sehat. Meski sampai saat ini banyak sekali kekuranganku dalam menjaga dan merawatnya. Melihat beliau terbaring lemas dengan pandangan mata kosong rasanya sangat menyesakkan. Aku ingin menyelami palung matanya itu hingga menembus ke dasar pikirannya dan menemukan apa yang sebenarnya beliau renungkan.
Benarkah aku? Benarkah aku seperti yang beliau katakan saat aku bertanya apa yang sedang kau pikirkan?
Aku menahan tangis di depannya dan di depan semua orang. Hanya saat sendiri aku meluapkan emosi mataku yang akhirnya harus basah tanpa bisa kutahan.
Semoga lekas sembuh, ingat, saat begini barulah aku tahu seberapa besar sayangku padamu.
Untuk nenekku
Magetan, Juli 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar