iramanya tak lagi nikmat didengar
seperti kaset rusak, telingaku enggan menerima
lalu hati jadi korbannya
bibir manusia, kerap kali memiliki bisa
bahkan jauh lebih beracun dari seluruh bisa di dunia
bahkan jauh lebih menghancurkan dan percayalah, tak ada penawarnya meski telah berusaha disembuhkan dengan ribuan atau jutaan kata maaf
kita kerap membuat orang lain kecewa
kita manusia, tapi tak lantas bertameng pada kata 'manusia'
seakan jika menjadi 'manusia' adalah wajar untuk memiliki keliruan
tidak. tidak begitu.
semestinya manusia belajar dari semua hal
menjaga diri agar lebih terarah
menjaga diri agar mampu mengerti
perihku kini, adalah akibat seteru kepala dan hati
kecewaku kini, adalah tikam kata sampai ke palung terdalam
tangisku kini lebih menyayat dari tangis manapun di bumi
aku merindukanmu,
sosok yang bisa menenangkanku ketika pelik sedang erat meliputiku
sosok yang selalu kuharap menjadi bagian dari aminku --setelah pergi, aku lebih sering berdoa untukmu, ternyata benar, kepergian membuat kita tersadar
aku merindukanmu,
dengan cemas dan debar penyesalan
aku mendoakanmu,
berumur panjang dan kita tak lagi dipisahkan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar