Rabu, 02 Agustus 2017

KISAH DI KIOS BUNGA

: Kavya Atmaranti

Ingatanku tertuju pada kios bunga, dekat kampusmu
di pinggir jalan yang tak pernah lepas dari kehingaran

Waktu itu, kita sibuk merencanakan pekerjaan
mulai dari jam ini kita akan begini
sampai jam ke sekian kita akan bersama
begitu saja

Di kios bunga itu, aku menampung kelopak-kelopak
mawar tiga warna

Merah
darah yang kuhiasi kerinduan pada pekerjaan
membuat sebuah perhelatan satu kali sepanjang masa

Putih
sebersih itu kecintaanku pada sang pekerjaan
hingga tak ada  kata-kata untuk mengungkapkannya

Merah muda
kelembutan dalam warnanya, serupa kasih
yang kudapat dari pekerjaanku

Tapi, waktu kita terburu denting telepon
dari seberang panggilan, pekerjaan tak sabar menunggu

Padahal kita sedang menunggu jatah merangkai
tetangkai mawar, sebentuk buket cinta

Kita begitu tergesa, waktu memang jahat, kataku

Aku tak mengenal pikir panjang
kuletakkan lagi tetangkai yang sempat terambil
akhirnya, boneka kodok yang berhiaskan toga kebesaran
kubawa lari seusai dibayar

Maaf, katamu, tapi aku tak tahu mengapa bibirmu
berucap begitu

Bukan salahmu, waktu memang suka memburu

Kharisma De  Kiyara
Toko bunga  yang  tak  tahu  namanya, 06 Juli 2017

Tidak ada komentar: