: Kavya Atmaranti
Ingatanku tertuju pada kios bunga, dekat kampusmu
di pinggir jalan yang tak pernah lepas dari kehingaran
Waktu itu, kita sibuk merencanakan pekerjaan
mulai dari jam ini kita akan begini
sampai jam ke sekian kita akan bersama
begitu saja
Di kios bunga itu, aku menampung kelopak-kelopak
mawar tiga warna
Merah
darah yang kuhiasi kerinduan pada pekerjaan
membuat sebuah perhelatan satu kali sepanjang masa
Putih
sebersih itu kecintaanku pada sang pekerjaan
hingga tak ada kata-kata untuk mengungkapkannya
Merah muda
kelembutan dalam warnanya, serupa kasih
yang kudapat dari pekerjaanku
Tapi, waktu kita terburu denting telepon
dari seberang panggilan, pekerjaan tak sabar menunggu
Padahal kita sedang menunggu jatah merangkai
tetangkai mawar, sebentuk buket cinta
Kita begitu tergesa, waktu memang jahat, kataku
Aku tak mengenal pikir panjang
kuletakkan lagi tetangkai yang sempat terambil
akhirnya, boneka kodok yang berhiaskan toga kebesaran
kubawa lari seusai dibayar
Maaf, katamu, tapi aku tak tahu mengapa bibirmu
berucap begitu
Bukan salahmu, waktu memang suka memburu
Kharisma De Kiyara
Toko bunga yang tak tahu namanya, 06 Juli 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar